Senin, 01 Mei 2023

5 Hewan Asli Indonesia yang Kepalanya Berbentuk Aneh

 Indonesia dikenal dengan faunanya yang amat kaya dan beragam. Tanahnya yang subur dan kondisi geografisnya yang berupa pulau-pulau menyebabkan Indonesia dihuni oleh beragam fauna unik yang tidak dapat dijumpai di tepat lain. Berikut ini adalah beberapa contoh fauna khas Indonesia yang memiliki kepala berwujud unik.

Tapir

Tapir
Tapir via idntimes.com

Jika diminta menyebutkan hewan yang memiliki belalai di hidungnya, maka seketika orang-orang akan langsung menyebut gajah. Namun selain gajah, sebenarnya ada hewan lain yang juga memiliki belalai. Tapir adalah hewan tersebut.

Di Indonesia, tapir dapat ditemukan di Pulau Sumatra. Tapir mudah dikenali dengan melihat tubuhnya yang berwarna hitam dan putih.

Tapi juga memiliki hidung yang panjang dan lentur layaknya belalai gajah. Hidung tersebut amat peka terhadap bau.

Bagi tapir, indra penciuman yang tajam merupakan hal yang amat penting. Pasalnya tapir memiliki indra penciuman yang buruk. Sahabat anehdidunia.com dengan indra penciuman pulalah, tapir bisa mengetahui keberadaan tapir lain. Pasalnya tapir memiliki kebiasaan menandai batas wilayahnya dengan air seni.

Tapir adalah hewan herbivora yang makanannya terdiri dari dedaunan. Hidung tapir diyakini juga membantu hewan yang bersangkutan membengkokkan ranting supaya mulutnya lebih mudah menjangkau daun.

Tapir memiliki tubuh berwarna hitam dan putih supaya tapir lebih mudah bersembunyi di antara kerimbunan hutan. Hanya tapir dewasa yang memiliki motif warna demikian. Bayi tapir yang masih kecil tubuhnya berwarna kecokelatan supaya lebih sulit ditemukan di atas tanah.

Meskipun tapir memiliki sifat pemalu dan lebih suka menghindar jika bertemu dengan hewan lain, tapir juga bisa melawan dengan gigih jika terpojok. Jika harus bertarung, tapir bisa menyerang musuhnya dengan cara menggigit.

Tawon Garuda

tawon garuda
tawon garuda via re-tawon.com

Garuda adalah hewan mitologi yang namanya juga menjadi sebutan untuk lambang negara Indonesia. Kalau di dunia serangga, tawon garuda adalah nama dari salah satu jenis tawon terbesar di dunia.

Tawon garuda adalah jenis tawon yang hanya dapat ditemukan di Pulau Sulawesi. Tawon ini bisa dibilang sebagai hewan yang amat misterius. Pasalnya tawon ini tidak pernah ditemukan berada dalam kondisi hidup-hidup.

Ciri khas tawon garuda yang membuatnya nampak begitu menojol jika dibandingkan dengan jenis tawon lainnya adalah ukurannya yang begitu besar. Bagaimana tidak, panjang tawon ini bisa mencapai 5 cm.

Hal menakjubkan terkait tawon garuda bukan hanya seputar ukurannya. Tawon ini juga memiliki sepasang rahang yang begitu besar dan berbentuk menyerupai sabit. Saking besarnya rahang yang dimiliki oleh tawon garuda, rahang tawon ini seolah-olah nampak seperti tanduk.

Hanya tawon jantan yang memiliki rahang besar. Tawon betina rahangnya berukuran lebih kecil dan tidak berbeda dibandingkan jenis tawon lainnya. Ilmuwan menduga kalau tawon jantan memiliki rahang yang demikian besar supaya bisa membantu melindungi larva dari hewan pemangsa.

Babirusa

Babirusa
Babirusa via bobo.grid.id

Babirusa adalah hewan khas Sulawesi yang diberi nama demikian karena hewan ini terlihat bak gabungan antara hewan babi dengan rusa. Pasalnya babirusa memiliki fisik layaknya babi, namun dengan tambahan benda menyerupai tanduk di kepalanya.

Apa yang menyerupai tanduk tersebut aslinya adalah gigi taring yang berukuran besar. Gigi taring tersebut tumbuh dari rahang atasnya dan melengkung hingga bagian atas kepalanya.

Hanya babirusa jantan yang memiliki tanduk. Dengan tanduknya tersebut, babirusa jantan bisa berkelahi dengan pejantan lainnya saat memperebutkan wilayah kekuasaan atau pasangan kawin.

Babirusa jantan juga memiliki sepasang tanduk kecil berbentuk lurus di rahang bawahnya. Saat sepasang babirusa jantan bertarung, masing-masing babirusa akan mencoba melukai lawannya dengan memakai tanduk bawah, sementara tanduk atas digunakan untuk menangkis serangan lawan layaknya tameng.

Tanduk atas babirusa harus dikikis secara berkala supaya tidak tumbuh terlalu panjang. Jika tanduk atas babirusa dibiarkan tumbuh secara terus menerus, bagian ujung tanduk tersebut bisa menembus tengkorak dan melukai otak pemiliknya.

Babirusa bukan hanya memiliki tanduk yang berukuran besar. Hewan ini juga memiliki rahang yang kuat. Saking kuatnya, babirusa bisa mengunyah kacang dan biji berkulit keras dengan mudah.

Walaupun terlihat menyeramkan, babirusa bukanlah hewan yang berbahaya bagi manusia. Pasalnya hewan ini hanya memakan umbi, buah, dan hewan kecil.

Justru manusialah yang menjadi ancaman bagi babirusa karena babirusa sekarang terancam oleh pengrusakan habitat dan perburuan liar. Supaya tidak sampai punah, pemerintah Indonesia menetapkan babirusa sebagai hewan yang dilindungi.

Mambruk

Mambruk
Mambruk via mongabay.co.id

Mambruk adalah jenis burung merpati yang hanya dapat dijumpai di Papua. Burung ini amat mudah dikenali dengan melihat penampilannya yang elegan. Pasalnya mambruk memiliki bulu kepala yang begitu besar dan berbentuk menyerupai kipas.

Karena bulu kepala tersebut juga terlihat menyerupai mahkota, mambruk dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama “crowned pigeon” (merpati bermahkota).

Selain bulu kepalanya yang khas, mambruk juga dapat dikenali dengan melihat tubuhnya yang berwarna dominan abu-abu dengan mata berwarna merah dan motif berwarna hitam di kepalanya.

Mambruk tergolong sebagai burung berukuran besar karena panjangnya bisa mencapai hampir 80 cm. Karena mambruk memiliki ukuran yang begitu besar, mambruk tidak bisa terbang terlalu jauh.

Sifat mambruk tersebut lantas dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk memelihara mambruk. Saat sudah berhasil menangkap mambruk, mereka akan melepas burung tersebut di pekarangan mereka sambil memberinya makan. Jika mambruk dipelihara sejak kecil, mambruk cenderung lebih enggan untuk melarikan diri dari rumah majikannya.

Penduduk setempat dulu memelihara mambruk untuk memakan dagingnya. Namun karena populasi mambruk di alam liar sekarang sudah semakin sedikit, mambruk sekarang sudah tidak diperbolehkan untuk ditangkap.

Di Pulau Papua, mambruk banyak ditemukan di wilayah Biak dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Mambruk merupakan burung yang berusia panjang. Pasalnya di dalam tangkapan (misalnya di kebun binatang), burung ini bisa hidup hingga usia 35 tahun.

Babi Berjanggut

Babi Berjanggut
Babi Berjanggut via mongabay.co.id

Satu lagi hewan babi khas Indonesia dengan penampilan yang begitu unik. Jika tadi kita sudah membahas soal babi yang memiliki tanduk, maka babi yang satu ini justru memiliki janggut. Oleh sebab itulah, babi yang bersangkutan pun dikenal dengan sebutan babi berjanggut.

Babi berjanggut memiliki bulu berwarna putih yang bentuknya menyerupai serabut. Bulu tersebut menutupi bagian pipi dan rahang bawahnya.

Babi berjanggut hanya dapat ditemukan di Pulau Kalimantan, Sumatera, Bangka, dan Kepulauan Riau. Di luar Indonesia, babi berjanggut juga dapat ditemukan di Semenanjung Malaka.

Seperti halnya manusia laki-laki, babi berjanggut yang masih kecil juga tidak memiliki janggut. Namun saat usianya semakin bertambah, janggut akan mulai tumbuh hingga menutupi sebagian wajahnya.

Seperti halnya babi liar, babi berjanggut juga memiliki kebiasaan memasuki lahan pertanian milik warga setempat. Oleh karena itulah, babi berjanggut pun kerap diburu manusia setiap kali sudah menampakkan diri di ladang.

Akibat terlalu sering diburu, populasi babi berjanggut pun kini semakin menyusut. Selain akibat perburuan, populasi babi berjanggut juga menurun akibat semakin menyempitnya hutan. Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka yang terpaksa mencari makan di ladang dan terlibat konflik dengan warga lokal.

Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Malayan_tapir
https://en.wikipedia.org/wiki/Babirusa
https://www.nationalgeographic.com/animals/article/120327-new-species-wasps-king-bugs-indonesia-animals-science
https://www.mongabay.co.id/2017/01/31/mengenal-mambruk-burung-endemik-asal-papua/
https://www.mongabay.co.id/2021/05/21/inilah-babi-berjanggut-si-penjelajah-hutan-yang-tak-kenal-lelah/
Previous Post
Next Post

0 komentar: