Setiap makhluk hidup pasti akan merasakan mati, meninggalkan dunia yang hanya sementara ini menuju ke kehidupan yang abadi. Rasa sedih akan kehilangan seseorang yang pernah sangat dicintai menuju alam yang kini tak lagi sama dengan kita. Susana rumah yang berbeda tanpa kehadiran sosok yang pernah menjadi bagian dari sesuatu yang kita sebut keluarga.
Sebuah perayaan atau tradisi biasa dilakukan untuk memperingati kematian seseorang. Jika di dalam masyarakat kita mungkin menggelar doa bersama bersama dengan keluarga, kerabat dan para tetangga, tapi tidak dengan suku-suku yang masih terkenal kental memegang tradisi para leluhurnya.
1. Dikuliti Sebelum Dikubur
Ritual pemakaman yang dilakukan suku Ifugao, selain prosesnya panjang juga bikin ane merinding gan. Gimana engga, pertama-tama mayat dimandikan, tapi pasangan tak boleh ikut memandikan apalagi melihat mayatnya, menutup kedua matanya, lalu diikat dikursi kayu di depan rumah yang didekatnya dinyalakan api.
Fungsi dari api itu sendiri adalah selain untuk mengusir serangga, juga dipakai untuk mengeringkan simayat. Hingga hari keempat, mayat kemudian dikuliti dan kulitnya dikubur dibawah rumah sebagai simbol kesuburan dan mayatnya boleh ikut dikubur atau menunggu empat hari kemudian untuk selanjutnya dikuburkan juga.
2. Mumi di Papua Nugini
Suku Anga adalah suku pedalaman yang berada di pegunungan di daerah Aseki, Papua Nugini. Di sana banyak ditemukan mumi yang ditegakkan menggunakan tonggak-tonggak kayu atau bambu, bahkan ada yang dimasukkan ke dalam keranjang.
Menurut info yang didapat, ritual ini terjadi pada masa Perang Dunia II, dimana mumi itu sebelumnya dibalsem terlebih dahulu dengan menggunakan teknik penggaraman yang banyak hingga bisa awet. dan sebagian ada juga yang mengatakan teknik pengawetan yang dilakukan adalah dengan cara pengasapan.
Meski sempat berhenti, tapi penduduk lokal yang masih memegang adat dengan kuat, masih berusaha meneruskan ritual ini , terbukti masih ada beberapa mumi yang masih bisa ditemukan di sana.
3. Pemakaman Raja Tonga
Tonga merupakan kerajaan kecil di daerah Polynesia, Pasifik Selatan, yang memiliki kurang lebih 170 pulau kecil disekitarnya. Memasuki kekuasaan Raja Tupou V sebetulnya telah dibuat beberapa perubahan agar negara tersebut bisa lebih demokratis, tapi masyarakart di sana masih memegang tradisi lama yang mana memperlakukan Raja dan keluarga kerajaan dengan istimewa, termasuk ritual pemakamannya.
Pengaguyngan pada sang Raja membuat tak sembarang orang bisa menyentuhnya saat dia hidup, pun pada saat dia meninggal. Hanya orang-orang terpilih saja yang bisa menyentuhnya dan mempersiapkan upacara kematiannya.
Nima Tapu atau tangan=tangan suci yang bisa mneyentuh raja, pada saat berkabung, mereka terkunci dari dunia luar dan tidak boleh menggunakan tangannya sama sekali. Karena itu juga Nima Tapu mempunyai pelayan yang membantu dan melayani mereka hingga usai masa berkabung. Sangat masuk akal sebenarnya, karena selain Nima Tapu tak ada yang boleh menyentuh raja atau terima ganjaran dipotong tangan jika berani melanggarnya.
4. Suku Fiji yang Sadis
Fiji mempunyai beberapa tradisi yang tidak biasa soal kematian. Salah satu tradisi yang cukup mengerikan adalah membunuh anggota keluarga. caranya adalah mengajak seseorang itu berbincang, baik orang tua kepada anaknya atau pun sebaliknya, kemudian dikatakan jika mereka sudah menjadi beban dalam kehidupan ini dan menyarankan sebaiknya untuk segera mati saja. Dan untuk mengakhiri hidupnya pun mereka diberi opsi, apakah ingin mati dengan cara dicekik atau dikubur hidup-hidup?
Suasana bela sungkawa pun tak kalah mengerikan, jika yang meninggal adalah kepala suku, maka masa berkabung hingga 9 hari dengan ritual yang tak kalah mengerikan dari masing-masing anggota suku tersebut. Para pria mulai menyakiti diri sendiri memakai cambuk atau memotong jari-jari kelingking mereka atau jari kaki sebagai sebuah penghormatan. Sedangkan para wanitanya ditembaki dengan tanah liat kering hingga berdarah-darah, atau ada juga yang memilih untuk membakar dirinya sendiri.
Selain itu dilakukan tradisi mengerikan lain yang dilakukan adalah memcekik orang yang dekat dengan orang yang meninggal, supaya bisa menemani si mayit di alam kematian. Gila kan?? Untung saja tradisi ini lama kelamaan mulai ditinggalkan.
5. Dimakamkan Di Dalam Pohon
Suku Caviteno, bagian dari kelompok etnis Spanyol-Filipina yang mendiami sebuah pulau yang bernama Luzon. Pemakaman bagi suku Caviteno dilakukan dengan cara meletakkan mayat orang yang sudah meninggal di dalam sebuah pohon. Pertama-tama batang pohon dilubangi, lalu mayat ditegakkan dan diletakkan secara vertikal di dalam lubang pohon tadi.
Suku ini mempercayai bahwa pohon bisa memberikan kehidupan, jadi sebagai timbal baliknya manusia harus berterima kasih dengan memberikan kehidupan pada mereka. Dengan cara menyerahkan tubuh ketika manusia tersebut meninggal dunia. Dan setiap orang telah menandai pohon mana yang akan dia pakai jika kelak kematian menjemput dan tubuhnya akan diserahkan sebagai balasan rasa terima kasih.
Masing-masing suku atau masyarakat di suatu tempat mempunyai tradisi dan cara yang berlainan untuk menyikapi suatu keadaan, termasuk juga ritual tentangan pemakaman. Untuk sebagian orang tradisi mereka mungkin terlihat aneh dan tidak biasa, tapi sebuah tradisi biasanya diturunkan dari jaman nenek moyang, generasi ke generasi hingga akhirnya sampai ke jaman ini.
Sumber : https://www.kaskus.co.id/thread/606e30ed1e53495eb845f050/ritual-kematian-mulai-dari-yang-sadis-sampai-yang-bikin-merinding/?ref=postlist-21&med=hot_thread
0 komentar: